Bisnis Online Paling Terpercaya Saat Ini

Jumat, 30 Januari 2009

Masa Keemasan Inter Milan 1960-an





SETELAH delapan tahun sejak 1954 tenggelam tanpa gelar, Inter Milan kembali bangkit di era 1960-an. Kebangkitannya tak main-main. I Nerazzurri membawa gaya sepak bola baru. Bertahan dan mengandalkan serangan balik. Gaya yang disebut catenaccio itu bagai badai yang melibas lawan-lawannya. Gelar lokal dan internasional pun langsung diborong.

Bayangkan, hanya dalam empat tahun (1962-1966), I Nerazzurri meraup tujuh gelar bergengsi. Di liga lokal, merebut tiga scudetti (1962-63, 1964-65, 1965-66). Sukses di musim 1965-66 itu menandai scudetti ke-10. Artinya, Inter menjadi klub ketiga di Italia yang berhak menyandang tanda bintang emas di kostumnya, setelah Juventus dan AC Milan.

Itu baru gelar lokal. Di tingkat internasional, Inter juga menggila. Di final Piala Champions (sekarang Liga Champions) 1963-64, Inter mengakhiri hegemoni Real Madrid. Pada partai final di Stadion Prater, Wina (Austria), Sandro Mazzola dkk menghabisi El Real 3-1.

Itu gelar internasional pertama Inter sepanjang sejarah. Hebatnya, sukses itu terulang kembali semusim berikutnya. Kali ini, Inter mengalahkan Benfica di partai final Piala Champions. Pada pertandingan di Stadion San Siro itu, Inter menang 1-0 berkat gol Jair menit ke-42.

Sebagai juara Liga Champions, Inter berhak tampil di Piala Interkontinental. Hebatnya, di turnamen itu tahun 1964 dan 1965, Inter tampil sebagai juara. Keduanya lawan Independiente (Argentina).

Itu menjadi masa keemasan Inter dan tak pernah terulang kembali. Saking hebatnya Inter, mereka ditakuti lawan-lawannya di dalam maupun luar negeri. Bahkan mereka mendapat julukan baru: La Grande Inter. Artinya, The Great Inter atau Inter yang hebat.

Sukses tersebut tak lepas dari dua tokoh penting. Presiden Angelo Moratti (ayah Massimo Moratti) dan pelatih Helenio Herrera. Pada musim 1961-62, Moratti mengontrak Herrera yang sebelumnya sukses membawa Barcelona juara Divisi Primera La Liga dua kali.

Herrera langsung menggeber revolusi. Dia melakukan kreasi sistem permainan defensif dan mengandalkan serangan balik. Sistem yang kemudian disebut catenaccio atau pertahanan gerendel itu, membuat Inter sulit ditaklukkan. Permainannya memang kurang atraktif, tapi sangat efektif.

Gaya itu juga didukung materi pemain yang baik. Di bawah mistar ada Sarti. Di belakang, ada Burgnich yang sering bertindak sebagai sweeper (syarat mutlak catenaccio). Nama-nama lain yang besar adalah Facchetti, Bedin, Guarneri, Picchi, Jair, Mazzola, Milani, Suarez, dan Corso.

“Tak ada masa paling indah buat Inter, kecuali masa kepemimpinan bapak saya (Angelo Moratti) dan kepelatihan Helenio Herrera. Herrera memberikan dedikasi luar biasa. Dia tak hanya membuat bapak saya bahagia, tapi juga seluruh tifosi Inter,” jelas Massimo Morrati, mantan presiden Inter.

“Kami benar-benar menjadi profesional dan disiplin. Bahkan, soal diet pun kami lakukan dengan ketat demi menjaga kualitas permainan kami,” kenang striker Inter masa 1960-an, Sandro Mazzola.

FAKTOR EKONOMI
Berkat sukses Inter tersebut, demam catenaccio mewabah di Italia. Beberapa klub mengikuti gaya permainan Herrera. Tak hanya itu, timnas Italia pun ikut-ikutan memakainya. Bahkan, sampai kini gaya permainan bertahan itu masih kental dalam sepak bola Italia, meski banyak variasinya. Tak lagi murni catenaccio.

Kesuksesan catenaccio itu bahkan disebut sebagai bagian dari budaya Italia. Dalam buku History of Italian Football, Antonio Papa dan Guido Panico mengatakan, “Itulah kekhasan sepak bola Italia. Catenaccio sudah menjadi ekspresi kultural sepak bola Italia.”
Itu dari segi teknis. Catenaccio memang terbukti membawa kebesaran Inter. Namun, sebenarnya ada kondisi lain yang juga ikut mempengaruhi kesuksesan I Nerazzurri merengkuh masa keemasannya. Faktor itu tak lain adalah keadaan ekonomi Italia.

Sejarawan dari University College (London), Simon Martin berpendapat, keajaiban ekonomi di Italia ikut mempengaruhi kesuksesan sepak bola, terutama Inter Milan. Pasca-Perang Dunia II, Italia sukses melakukan penuyembuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi mencapai 6 persen per tahun antara tahun 1951-1958. Setelah itu cenderung meningkat.

“Maka, bisa dikatakan sukses catenaccio yang dibawa Inter Milan pada era 1960-an tak lepas dari pengaruh positif keajaiban ekonomi yang terjadi di Italia,” jelas Simon Martin.

Dengan ekonomi yang mapan, kata Martin, orang-orang Italia lebih baik dalam hal gizi. Stamina mereka juga di atas rata-rata. Masyarakat juga bisa membelanjakan uangnya lebih banyak buat olahraga. Ini ada korelasi dengan sepak bola. Sebelum terjadi perbaikan ekonomi, sepak bola Italia melempem. Mereka selalu gagal di penyisihan grup Piala Dunia dari tahun 1950 sampai 1962.

Karena ekonomi pula Inter bisa mengelola timnya lebih baik. Mereka mampu membeli pemain berbakat seperti Lusite Suarez dan Jairinho. Selain itu, Inter juga mampu mengorganisasi tifosi dalam jumlah banyak.

Pada final Piala Champions 1963-64, pejabat Inter mengorganisasi 30.000 Interisti ke Stadion Prater (Austria). Mereka didatangkan untuk mendukung Inter tampil di final lawan Real Madrid. Hasilnya, Inter menghajar Madrid 3-1.

Perkawinan perbaikan ekonomi dan revolusi catenaccio itu menjadi kuncik sukses Inter meraih masa keemasannya. Mengangkangi liga lokal dan internasional. (Hery Prasetyo)

Fakta Inter 1960-an
Pelatih : Helenio Herrera
Skuad : Sarti, Burgnich, Facchetti, Bedin, Guarneri, Picchi, Jair, Milani, Suarez, Corso, Mazzola
Prestasi : Scudetto (1962-63, 1964-65, 1965-66), Liga Champions (1963-64, 1964-65), Piala Interkontinental (1964, 1965)

Revolusi Catenaccio
Sistem permainan catenaccio atau sering disebut pertahanan gerendel, mensyaratkan seorang sweeper. Dia berdiri di depan kiper dan di belakang empat atau 3 bek. Tugasnya, menutup lubang pertahanan.

Dengan sistem itu, serangan balik sangat ditekankan. Biasanya dari wing back atau dari tengah. Umpan jarak jauh yang akurat sangat dibutuhkan. Embrio catenaccio diciptakan oleh Karl Rappan, orang Austria yang melatih timnas Swiss pada 1937-1938.

Gaya sepak bola itu ampuh. Jerman dan Inggris dikalahkan Swiss. Oleh Helenio Herrera, sistem itu dikebangkan. Polanya terkadang 5-3-2, 1-4-3-2 atau 4-2-4. Bedanya, sweeper tak hanya bertahan di belakang para bek. Tapi, juga menempel pemain lawan yang berbahaya. Terkadang ikut membantu serangan. (*)

Inter 1960-an
Pola:
1-4-3-2

---------------------------Sarti (kiper)
---------------------------Burgnich (A)
-----Picchi (B)-------Bedin-------Guarneri------- Facchetti (B)
--------------Jair (C)------Suarez (C)------Milani (C)
------------------Corso (D)------ Mazzola (D)

A: Burgnich berfungsi sebagai sweeper. Dia mengawasi dan menempel pemain paling berbahaya, juga menutup lubang pertahanan. Terkadang, dia muncul tiba-tiba untuk membantu serangan. Peran ini sering bergantian dengan Facchetti.
B: Picchi dan Facchetti sebagai aktif naik-turun membantu serangan dan pertahanan. Mereka punya lari yang cepat. Khusus Facchetti, dia juga punya naluri mencetak gol.
C: Tida gelandang ini harus punya passing yang baik. Terutama umpan panjang yang akurat. Sebab, catenaccio didominasi serangan balik yang cepat. Suarez paling ahli. Dia bahkan disebut otak permainan Inter. Umpannya akurat, pun punya naluri mencetak gol.
D: Corso dan Mazzola striker yang selalu siap menerima umpan panjang. Mereka cepat memburu bola dan menyelesaikannya menjadi gol.

Menang 2-0, Inter Jauhi Kejaran Juve




CATANIA, KAMIS — Inter Milan semakin jauh meninggalkan pesaingnya setelah menang 2-0 atas tuan rumah Catania. Gol-gol Inter diciptakan oleh Dejan Stankovic dan Zlatan Ibrahimovic.

Meski sempat direpotkan dengan absennya Adriano dan Mario Balotelli, Inter justru mendominasi jalannya pertandingan babak pertama. Dan, baru menit kelima, Dejan Stankovic membawa juara bertahan Serie A itu unggul. Gelandang asal Serbia itu menanduk umpan tarik Julio Cruz tanpa dapat dibendung oleh kiper Albano Bizarri.

Tak lama berselang, striker Zlatan Ibrahimovic nyaris menambah gol. Sial bagi Ibra, tendangannya membentur tiang dan keluar gawang.

Catania sebetulnya berhasil menjebol gawang Inter beberapa menit kemudian. Namun, wasit menganulir gol itu dan menyatakan pelanggaran atas Takayuki Morimoto, yang hampir menyodok kepala Nicolas Burdisso di kotak penalti.

Permainan semakin ketat tatkala Sulley Ali Muntari langsung didamprat kartu merah pada menit ke-31. Kalah jumlah pemain, pasukan Jose Mourinho itu masih sanggup mengancam lawan.

Ancaman Inter berlanjut di babak kedua. Belum genap sepuluh menit usai istirahat, Zlatan Ibrhamovic lepas dari kawalan pemain musuh. Namun, striker Swedia ini tak dapat menaklukkan Bizarri meski jaraknya ke gawang tinggal satu meter.

Beberapa menit kemudian, giliran Julio Cesar juga mendapat teror. Kali ini Cesar berhasil menahan tembakan Giuseppe Mascara dari dalam kotak penalti. Mourinho terpaksa menambah pertahanan dengan menarik Cruz dan memasukkan Maxwell.

Catania pun terpancing untuk terus menyerang dan ini berakibat fatal pada menit ke-71. Stankovic mengirim bola dari daerah pertahanan sendiri dan Ibra sendirian mengejar bola. Sementara kawan-kawannya diam melihat gerakan Ibra, Bizarri mencoba menjemput bola di luar sarang. Terlambat, Ibra mencungkil bola melewati kiper dan menceploskan si kulit bulat ke gawang kosong.

Donasi tiga angka ini sudah cukup bagi Inter untuk menjauhi kejaran Juve di posisi kedua klasemen sementara. Inter kini mengemasnilai 49 atau enam poin di atas pesaing terdekatnya itu.

Susunan pemain:
Catania:
Bizarri; Capuano (Llama 72), Stovini, Silvestri, Silvestre; Tedesco, Baiocco, Martinez (D'Amico 88); Paolucci (Spinesi 76), Morimoto; Mascara
Inter: Cesar; Santon (Rivas 88), Burdisso, Cordoba, Maicon; Cambiasso; Muntari, Zanetti; Stankovic (Figo 90); Cruz (Maxwell 64), Ibrahimovic

Selasa, 27 Januari 2009

Adriano Bawa Inter Kembali ke Puncak Serie-A



MILAN, SENIN (26/1/2009)- Inter Milan kembali merampas takhta klasemen sementara Serie-A dari tangan Juventus berkat kemenangan 1-0 atas Sampdoria, Senin (26/1) dini hari WIB. Adriano menjadi orang paling berjasa membawa Nerazzurri ke posisi tersebut karena sang Kaisar yang mencetak gol tunggal di laga itu.

Menjelang babak pertama usai, striker yang kerab jadi pecundang karena perilakunya di luar lapangan tersebut membobol gawang Il Samp. Menyambut umpan silang Maicon, Adriano meneruskannya dengan sebuah tendangan voli sehingga bola membobol gawang tim tamu yang dikawal Luca Castellazzi.

Dalam pertandingan ini, Jose Mourinho juga mendapat kartu merah sebelum Adriano yang merupakan "musuh"nya itu mencetak gol. The Special One yang tampak khawatir sepanjang laga babak pertama diusir karena terlalu keras melakukan protes terhadap oficial pertandingan.

Donasi tiga angka di pekan ke-20 ini membuat Inter total mengumpulkan 46 poin, unggul tiga angka dari Juventus yang hanya 24 jam memimpin klasemen sementara.

Inter kehilangan Zlatan Ibrahimovic karena terkena akumulasi kartu kuning sedangkan Sampdoria harus tampil tanpa striker andalannya Antonio Cassano akibat cedera leher. Karena itu, kedua tim bermain tanpa pemain bintang.

Meskipun demikian, pertandingan tetap berlangsung seru karena baik Inter maupun Sampdoria memburu kemenangan demi mencapai targetnya masing-masing. Nerazzurri tentu saja perlu tiga poin untuk kembali ke puncak klasemen, sedangkan The Blucerchiati harus menang agar bisa menjauh dari ancaman degradasi.

Sejak peluit kick-off berbunyi kedua kubu saling serang, namun kesulitan mencetak gol. Bahkan menjelang turun minum, Mourinho yang tampak emosional di pertandingan itu terpaksa dikartumerah karena berteriak kepada wasit.

Namun setelah itu, Inter justru bisa memecah kebuntuan. Adriano yang sempat berseteru dengan pelatihnya karena dia dihukum tak boleh bermain meskipun performanya bagus sejak awal musim--Adriano dihukum karena tidak disiplin di luar lapangan--meneruskan umpan Maicon dengan tendangan voli. 1-0 untuk Inter.

Pada babak kedua, giliran Sampdoria yang lebih banyak memberikan tekanan. Namun mereka gagal mencetak gol karena penampilan gemilang kiper Julio Cesar yang beberapa kali mementahkan peluang emas tim tamu.

Sampai peluit panjang berbunyi, Inter tetap unggul 1-0 dan hasil ini memperpanjang rekor tak terkalahkannya melawan The Blucerchiati sejak 21 Maret 1999, di mana waktu itu Inter kalah 0-4 di Marassi. (CH4/LOU)

- Susunan pemain

Inter: Julio Cesar; Maicon, Samuel (Cordoba 46), Chivu (Maxwell 83), Santon; Zanetti, Cambiasso, Muntari; Stankovic; Adriano, Mancini (Figo 77)

Sampdoria: Castellazzi; Raggi (Ziegler 60), Palombo, Gastaldello (Padalino 49); Stankevicius, Delvecchio, Sammarco, Franceschini (Bellucci 63), Pieri; Dessena, Pazzini

Sabtu, 24 Januari 2009

Ibrahimovic Lenyapkan Roma dari Coppa Italia



MILAN, KAMIS — Inter Milan berhasil membalas kekalahan dari AS Roma pada perempat final Coppa Italia, Rabu (21/1). Striker Zlatan Ibrahimovic menjadi penentu kemenangan 2-1 itu sekaligus membawa "I Nerazzuri" ke semifinal.

Inter yang baru saja dikalahkan Atalanta di Serie A akhir pekan lalu benar-benar tampil dengan formasi pemain baru. Kiper Julio Cesar tak dimainkan dan diganti oleh Fancesco Toldo. Ivan Cordoba dan Maxwell juga disisihkan, lalu masuklah nama debutan Davide Santon.

Di kubu tim tamu, "I Giallorossi" juga tampil tanpa kiper utama Alexander Doni. Pelatih Luciano Spaletti menyerahkan tugas menjaga gawang itu kepada Guilherme Moraes Artur. Kapten Francesco Totti juga masih belum sehat sehingga Vucinic menjadi tumpuan.

Di hadapan publiknya sendiri, Inter langsung menggebrak pertahanan Roma. Di menit ke-10, Adriano berhasil menggoyang gawang lawan. Tendangannya dari pinggir kotak penalti mengalahkan Artur.

Sepuluh menit kemudian, Inter hampir menambah kemenangan lewat tendangan voli yang cantik dari Dejan Stankovic. Sayang, bidikannya menerpa mistar atas. Ibra tak mau ketinggalan. Empat menit berselang, ia menjajal keampuhan Artur. Kali ini Artur menang dalam duel satu lawan satu.

Roma juga punya beberapa peluang antara lain lewat Simone Perotta dan John Arne Riise. Akan tetapi, serangan mereka kandas salah sasaran.

Di babak kedua, kondisi berbalik. "I Lupi" menguasai sepuluh menit pertama. Namun, justru Ibra yang mengancam gawang rivalnya. Apes bagi Ibra, tendangan volinya lagi-lagi mentah oleh kesigapan Artur dan tiang gawang.

Roma akhirnya bisa menyamakan skor pada menit ke-61. Rodrigo Taddei berhasil menyusup pertahanan Inter dan menyodok bola dengan kakinya. Toldo tak bergerak cepat dan kedudukan pun imbang.

Belum genap rasa lega Roma, Inter kembali unggul. Kali ini Ibra tak melakukan kesalahan lagi. Tandukan Walter Samuel ditepis oleh Artur dan Ibra dengan cepat menyambarnya. Gol, skor 2-1 untuk keunggulan tuan rumah bertahan sampai peluit panjang berbunyi.

Dengan kemenangan ini, Inter tidak hanya membalas kekalahan mereka di final musim lalu, tapi juga menambah panjang kemenangan atas Roma musim ini. Sebaliknya, harapan Roma meraih gelar tahun ini semakin mengecil dan mereka harus berjuang keras di Liga Champions.

Susunan pemain:
Inter:
Toldo; Maicon, Burdisso, Samuel, Santon; Cambiasso, Zanetti, Muntari (Mancini 85), Stankovic; Adriano (Chivu 77), Ibrahimovic
Roma: Arthur; Cicinho, Mexes, Juan, Riise (Menez 71); De Rossi, Perrotta, Brighi, Taddei (Aquilani 79); Julio Baptista, Vucinic (Pizarro 60)

Sabtu, 17 Januari 2009

Inter Ditolak Rocchi


Penyerang Lazio itu meyakinkan fans Biancocelesti, ia tak akan pindah ke Inter bulan ini, setelah beredar kabar kemungkinannya menggantikan striker Brasil Adriano.Rocchi berkutat dengan masalah cedera musim ini, dan posisinya sendiri terancam dengan penampilan maksimal dari striker anyar asal Argentina Mauro Zarate."Itu tentu membanggakan dihubungkan dengan Inter dan menyenangkan dihargai oleh tim sepenting itu," kata Rocchi kepada Tuttosport.Kapten Lazio itu menambahkan, "Namun, saya terikat dengan Lazio. Saya adalah kapten dan saya selalu mengatakan karir saya adalah di Roma. Bagaimana jika mereka secara resmi menawar? Saya tak memikirkan hal itu sekarang."Pelatih Delio Rossi pun menegaskan Rocchi adalah pemain penting bagi timnya, tapi mengakui kemungkinan untuk mempertimbangkan tawaran Inter.

Kamis, 01 Januari 2009

Owen Gabung Ke Inter Januari, Drogba Juni


Pelatih Inter Milan Jose Mourinho masih pusing memikirkan duet yang pantas disandingkan dengan Zlatan Ibrahimovic di lini depan timnya.

Striker asal Swedia itu sudah mengemas 10 gol di Serie A Italia hingga saat ini. Tapi, pemain depan Nerazzurri lain seperti Julio Cruz baru sukses mencetak dua gol. Sedangkan Victor Obinna dan Adriano baru satu kali menjebol gawang lawan.

Hampir dapat dipastikan pemain baru yang akan didatangkan Inter Januari ini adalah pemain depan, dan dalam beberapa hari terakhir nama striker Newcastle United Michael Owen (foto) disebut-sebut.

Il Corriere dello Sport mengklaim Owen, yang habis masa kontraknya akhir musim ini, kemungkinan akan dipertukarkan dengan David Suazo, yang sedang dipinjamkan ke Benfica.

Transfer ini akan menenangkan Mourinho untuk sementara sebelum Didier Drogba ditarik dari Chelsea persis sebelum musim 2008-09 dimulai.


Source: goal.com